Wednesday, November 5, 2008

HASRAT INGIN TAHU MANUSIA

Berdasarkan kodratnya manusia dibekali dengan hasrat ingin tahu. Dengan adanya hasrat ingin tahu, selalu timbul berbagai pertanyaan dalam diri mansuia. Oleh karena itu, manusia selalu berusaha mencari jawaban atas pertanyaan tersebut. Berdasarkan akal budinya manusia manusia mengembangkan pengetahuan yang berguna untuk kelangsungan hidupnya.
Hasrat ingin tahu dalam memenuhi kelangsungan hidupnya, manusia harus memperoleh pengetahuan baru, atau pemecahan masalah, sebagai jawaban atas pertanyaan. Pengetahuan yang diinginkan adalah pengetahuan yang benar, atau secara singkat disebut kebenaran.Untuk memperoleh pengetahuan yang benar (kebenaran) tersebut, maka dapat digunakan dua pendekatan, yaitu: pendekatan Non Ilmiah dan pendekatan Ilmiah.

A. Pendekatan Non Ilmiah
Pendekatan non ilmiah dilkukan tanpa mengikuti langkah-langkah yang sistematis dan tidak terkontrol. Cara menyimpulkan hasilnya pun bersifat subjektif, sehingga berbeda untuk masing-masing orang. Beberapa cara penemuan kebenaran dalam pendekatan non ilmiah antara lain:
1. Penemuan kebenaran secara kebbetulan: penemuan semacam ini diperoleh tanpa rencana ( tidak dapat didperhitungkan terlebih dahulu) Contoh: Penemuan kina untuk penyakit malaraia. Karena diperoleh secara kebetulan, penemuan tersebut tidak pasti dan tidak melalui langkah yang sistematik.
2. Penemuan kebenaran dengan Akal sehat: Akal Sehat (common sense) merupakan serangkaian konsep yang dapat digunakan untuk menyimpulkan hal yang benar. Hanya menggunakan logika berpikir saja: Misalnya: Kemacetan lalulintas di Lampu merah disebabkan oleh padatnya jumlah kendaran. Secara akal sehat benar, padahal belum tentu hanya oleh jumlah kendaraan yang banyak. Mungkin saja karena kesadaran pengendara mobil.
3. Penemuan kebenaran secara intuitif: Dalam hal ini kebenaran diperoleh melalui proses yang tidak dsadari atau tidak dipikirkan lebih dahulu (tanpa melalui suatu pemikiran). Hasilnya sukar dipercaya karena tidak menggunakan langkah yang sistematik dan terkendali.
4. Penemuan kebenaran melalui usaha coba-coba: penemuan ini merupakan hasil usaha percobaan yang dilakukan berulang-ulang (trial and error) tanpa petunjuk pemecahan yang jelas. Oleh karena itu, proses penemuan ini membutuhkan waktu yang lama, tidak efisien dan tidak terkontrol.
5. Penemuan Kebenaran Melalui Kewibawaan
Dalam hal ini, kebenaran didasarkan pada reputasi kedudukan seseorang. Pendapat seseorang yang dianggap mempunyai kewibawaan dalam bidang tertentu, diterima tanpa diuji lagi. Padahal, kebenaran pendapat tersebut belum tentu terbukti.
6. Penemuan Kebenaran Secara Spekulatif: Ini merupakan trial and error yang lebih tinggi tarafnya. Dalam prosesnya, digunakan pertimbangan sebagai panduan, walaupun pertimbangannya kurang dipikirkan secara mendalam. Oleh karena itu, penemuann cara ini penuh resiko.

B. Pendekatan Ilmiah
Pendapat (kesimpulan ) yang diperoleh dengan menggunakan pendekatan ilmiah diperoleh melalui penelitian, yaitu penelitian yang sistematik dan terkontrol berdasarkan data empiris. Oleh karena itu, jika dilakukan penelitian ulang sesuai dengan langkah dan kondisi yang sama, akan diperoleh hasil yang ajeg (konsisten). Dengan pendekatan ilmiah, orang berusaha memperoleh kebenaran ilmiah yang obyektif.

Pendekatan ilmiah dalam penelitian merupakan hasil perkembangan sejarah penelitian itu sendiri (dari yang tidak ilmiah menjadi ilmiah). Menurut Rummel, yang dikutif oleh Soetrisno Hadi (1985:4-5) sejarah perkembangan metodologi penelitian dibagi menjadi empat periode.
Periode Trial and Error : dalam periode ini, pemecahan masalah dilakukan berulangkali dengan berbagai percobaan yang tidak terarah. Belum ada dalil tertentu, yang tersususn untuk dijadikan pedoman dalam mencari kebenaran.

Periode Authority and Tradition: Dalam periode ini , otoritas pemimpin dan tradisi dijadikan pegangan tanpa dikritik meskipun belum tentu benar.
Periode Speculation and Argumentation: Pada periode ini, orang mulai membentuk kelompok diskusi dan mempertanyakan kebenaran doktrin yang selama ini diturunkan oleh tokoh penguasa. Dasar yang digunakan kelompok untuk menentang adalah teori dialektika.
Periode hypothesis and Experimentation: Pada periode ini, penelitian mulai diperhatikan. Dasar pemikiran dupergunakan adalah keadaan alam semesta yang meliputi pola tertentu. Dengan dasar pemikiran yang demikian, orang mulai berusaha menjelaskan sesuatu dengan cara mencari buktinya. Pertama-tama, dugaan dibuat dalam bentuk hipotesis, kemudian dikumpulkan fakta untuk menguji kebenaran dugaannya.

C. Definisi Penelitian
Penelitian adalah suatu usaha untuk memperoleh fakta atau prinsip (menemukan, mengembangkan, menguji kebenaran) dengan cara mengumpulkan dan menganalisis data (informasi) yang dilaksanakan dengan teliti, jelas, sistematik, dan dapat dipertanggungjawabkan (metode ilmiah). Berdasarkan definisi tersebut, maka penelitian mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Cara berpikir: untuk menjadi seorang peneliti yang baik diperlukan tiga cara berfikir, yaitu skeptis, analitis dan kritis.
a. Berfikir skeptis, adalah bahwa peneliti selalu menanyakan bukti (fakta) yang dapat mendukung suatu pernyataan.
b. Berfikir analitis, bahwa peneliti harus selalu menganalisa setiap pernyataan atau persoalan yang diteliti
c. Berfikir kritis, peneliti harus mendasarkan pikiran dan pendapatnya pada logika, serts menimbang berbagai hal secara obyektif berdasarkan data dan analisis akal sehat ( common sense).
2. Kompeten ; seorang peneliti yang baik memiliki kompetensi (berkemampuan), artinya, ia mamapu menyelenggarakan penelitian dengan menggunakan metode dan teknik penelitian tertentu.
3. Objektif, dimana seorang peneliti yang baik bersikap objektif, artinya dapat memisahkan pendapat pribadi dengan kenyataan.
4. Jujur, maksudnya tidak memasukan keinginan sendiri ke dalam data.
5. Faktual, adalah bahwa peneliti bekerja dengan menggunakan data dan fakta.
6. Terbuka, peneliyi bersedia memberikan bukti penelitian dan siap menerima pendapat pihak lain tentang hasil penelitiannya.

D. Fungsi Penelitian
Pada hakikatnya, penelitian mempunyai fungsi menemukan, mengembangkan, atau menguji kebenaran suatu pengetahuan. Secara terinci, penelitian berfungsi sebagai berikut:
Penjajagan: fungsi ini disebut dengan fungsi eksploratif, maksudnya bahwa penelitian berfungsi dalam menemukan sesuatu yang belum ada. Dengan demikian penelitian mengisi kekosongan atau kekurangan ilmu.

Pengujian: fungsi ini disebut juga sebagai fungsi verifikatif. Maksudnya penelitian berfungsi untuk menguji kebenaran suatu pengetahuan yang sudah ada.
Pengembangan, fungsi ini disebut fungsi developmental. Maksudnya penelitian berfungsi mengembangkan pengetahuan yang sudah ada.

E. Jenis Penelitian
1. Berdasarkan hasil yang diperoleh : Penelitian Dasar dan penelitian terapan
2. Berdasarkan bidang yang diteliti: Penelitian bidang sosialPenelitian bidang eksakta
3. Berdasarkan tempat penelitian: penelitian laboratorium. Penelitian kepustakaan dan penelitian Lapangan.
4. Atas dasar Cara dan Tarap Pembahasan masalahnya:
a. Penelitian deskriptif , penelitian ini terbatas pada usaha mengunngkapkan suatu masalah dan keadaan sebagaimana adanya, sehingga hanya merupakan penyingkapan fakta.
b. Penelitian inferensial, penelitian ini bermaksud mengungkapkan suatu masalah, keadaan atau peristiwa dengan memberikaan penilaian secara menyeluruh, luas dan mendalam dari sudut pandangan ilmu yang relevan.
5. Atas Dasar Tujuannya:
a. Penelitian penjajagan, tujuannya menemukan masalah-masalah baru (exploratif).
b. Penelitian Pengujian, disebut juga penelitian verifikatif yang bertujuan untuk menguji kebenaran atau pengetahuan.
c. Penelitian Pengembangan, disebut juga penelitian developmental yang bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan yang sudah ada.

No comments: